Berhasil tidaknya anda menjadi LEGISLATOR sangat ditentukan oleh KEMAMPUAN ANDA UNTUK MEREBUT HATI MASYARAKAT PEMILIH lewat KAMPANYE yang anda lakukan atau SEGALA SUMBERDAYA yang anda perlihatkan, yang dari situ MASYARAKAT MENILAI LALU MENCOBLOS ANDA DI PILEG KELAK.
Atas dasar itu, seorang Caleg akan Mengkampanyekan dirinya dengan sebaik-baiknya, segala sumberdaya akan dikerahkan demi terwujudnya keinginan: Menjadi Legislator, entah itu DPRD II, DPRD I atau DPR Pusat.
Secara Logika:
- Kampanye yang baik, sudah semestinya mendapatkan dukungan suara
- Bantuan yang banyak , sudah selayaknya mendapatkan dukungan suara
Tetapi terkadang:
- Banyak Caleg dengan program bagus-performa meyakinkan-wawasan luas tetapi GAGAL TOTAL
- Sejumlah Caleg dengan Modal besar justru TERSUNGKUR
Artinya, merebut HATI MASYARAKAT bukan perkara mudah, Ia tidak bisa didekati dengan cara berpikir logika semata.
Kampanye disusun dengan berdasarkan pendekatan logis yang Obyektif, Besaran Modal yang disiapkan juga atas dasar Logika bahwa semakin besar dana yang digelontorkan maka semakin besar peluang lolos.
Sayangnya, HATI MASYARAKAT yang ingin direbut itu justru TIDAK LOGIS, karena ia lebih banyak dipengaruhi Emosi dan suasana.
Pada titik inilah anda butuh Cara Pendekatan Lanjutan guna mempertinggi peluang keberhasilan dari perjuangan Kampanye maupun Modal yang akan dikeluarkan.
Pendahuluan
Animo Masyarakat menjadi Legislator di negeri ini bisa dibilang tinggi, hal itu tentu saja karena Gengsi dan Keberadaan Lembaga Legislatif yang makin besar di alam Demokrasi Indonesia dewasa ini.
Sebagai Lembaga dengan Kekuasaan besar, mengatur dana pembangunan triliunan rupiah, itu menimbulkan berbagai motivasi dari Para Caleg yang ingin masuk kedalamnya.
Idealnya, seorang Caleg adalah orang yang berasal dan tumbuh berkembang bersama masyarakat yang diwakilinya, memahami pahit getir, susah senang bersama-sama rakyat sehingga aspek keberpihakan dalam memperjuangkan aspirasi kelak tentu saja menjadi lebih tinggi.
Sayangnya, Sistem perekrutan atau penjaringan Caleg yang mengedepankan Popularitas dan Uang, menjauhkan lahirnya Calon-calon legislator seperti yang disebutkan di atas.
Ada benarnya syair lagu Iwan Fals ”jangan bicara tentang idealisme, mari bicara tentang berapa uang di kantong kita”
********************
Ribuan Caleg yang sebentar lagi berjuang lewat Partai-partai pengusung mereka adalah Calon-calon Anggota Legislatif Angkatan ke-4 (semenjak negeri ini menjalankan Demokrasi), mengisi salah satu kursi di DPRD II, DPRD I maupun DPR Pusat.
Dengan sistem penjaringan yang boleh dibilang sama dengan angkatan-angkatan sebelumnya, kita sepertinya hanya bisa menunggu berapa banyak dari mereka (yang nantinya lolos) akan kembali terjerat korupsi akibat tuntutan Modal Caleg yang mesti segera dikembalikan.
Ini tentu saja semacam lingkaran ketidakpastian antara upaya pemberantasan korupsi dengan Sistem penjaringan Caleg yang memicu orang untuk (terpaksa) melakukan korupsi.
Kalau sudah begini, Kita sepertinya akan terus dipusingkan dengan urusan memberantas korupsi dalam sistem yang justru menyuburkan korupsi itu sendiri. Bila sudah demikian, apa yang bisa kita harapkan dari Sistem Demokrasi yang sejatinya harus lebih mensejahterakan rakyat?
*********************************
Tulisan berikut ini coba untuk memberi harapan baru bagi para Caleg potensial di berbagai Daerah di Indonesia, yang mungkin saja terpinggirkan dengan berbagai aturan seleksi yang berat, bahkan terlalu berorientasi pada kekuatan Uang.
Terlepas bahwa Popularitas dan Uang adalah fakta yang harus dihadapi, tetapi yang lebih penting adalah Bagaimana dengan popularitas yang dibangun oleh Uang mereka secukupnya, namun dengan Niat yang besar ( untuk menjalankan fungsi wakil rakyat dalam arti sesungguhnya)….. orang-orang seperti ini bisa terjaring dan LOLOS.
Cara Pendekatan Lanjutan yang ingin saya bagikan Rahasianya di bawah nanti, bukan untuk meniadakan Upaya-upaya umum yang dilakukan Caleg, tetapi mempertinggi Peluang Keberhasilannya.
Persiapkan segala sesuatu dengan lengkap, Lakukan yang Terbaik
Sebagai Caleg, setidaknya anda harus mempersiapkan-menggali dan memaksimalkan 4 (empat) hal berikut ini guna menarik simpati dan merebut hati Calon Pemilih, sbb:
3. Program. Seorang Caleg pastinya memiliki visi dan misi yang ingin ia diperjuangkan berdasarkan apa yang ada di masyarakat, sehingga lewat pemaparan program itu, masyarakat akan mendukung pencalonannya. Program Caleg dapat menumbuhkan simpati, oleh karenanya aspek ini wajib digarap dengan serius.
4. Bantuan spontanitas. ketika mengunjungi Calon Pemilih pada Dapil yang ditentukan, Caleg biasanya memberikan bantuan spontanitas berdasarkan apa yang dibutuhkan masyarakat tersebut. Bantuan ini bisa berupa barang atau Uang tunai. Lakukan ini untuk hal yang memang perlu dibantu, tetapi hindari upaya membeli dukungan.
Keempat point di atas bisa kita sebut disini sebagai bentuk-bentuk KOMUNIKASI OBYEKTIF, artinya segala yang dikomunikasikan, baik itu lewat bahasa tubuh (performa), Wawasan, Program dan bantuan; semuanya adalah hal logis yang akan dicerna oleh masyarakat untuk selanjutnya masyarakat tsb menyikapinya lewat dukungan suara.
Sebagai bentuk Komunikasi Obyektif yang mengedepankan nalar dan logika, maka:
- Performa Caleg yang baik, pastinya mendapatkan dukungan masyarakat
- Wawasan Caleg yang luas, pastinya memperoleh dukungan masyarakat
- Program Caleg yang merakyat, pastinya didukung masyarakat
- Bantuan Caleg yang banyak, semestinya mendapatkan imbalan berupa dukungan.
Logikanya begitu dan sudah semestinya begitu. Semua Caleg akan berpikir logis seperti diatas, lalu siapakah yang unggul?
Disinilah dibutuhkan sebuah Cara Pendekatan berbeda guna melengkapi aspek Performa-Wawasan- Program dan Modal sehingga anda menjadi yakin 100% sebagai Pemenangnya.
Adapun Strategi pendekatan berbeda itu, kita sebut disini sebagai KOMUNIKASI SUBYEKTIFatau istilah inggrisnya Subjective Communication.
Mengapa harus Subjective Communication?
Anda mungkin pernah mendengar ungkapan usang ini: darimana datangnya cinta? dari Mata turun ke Hati. Sebuah ungkapan sederhana yang kelihatannya sepele tetapi punya arti dalam.
Berdasarkan itu:
darimana datangnya Cinta (Masyarakat Pemilih) kepada anda? dari Mata mereka yang melihat Performa-Wawasan-Program dan Bantuan anda lalu turun ke Hati mereka (untuk diresapi) lalu diekspresikan dengan wujud cinta: Mencoblos anda.
darimana datangnya penolakan masyarakat pemilih kepada anda? dari Mata mereka yang melihat Performa-Wawasan-Program dan Bantuan anda lalu turun ke Hati mereka (untuk diresapi) kemudian diekspresikan dengan: Mencoblos Caleg Lain.
Kampanye Anda dinilai oleh HATI Calon Pemilih, Tergantung dari Hati Calon Pemilih.
Perhatikan lagi Ungkapan usang berikut: dalamnya lautan dapat diukur, dalamnya Hati tak ada yang tahu.
Hati Pemilih adalah sesuatu yang sulit diterka bahkan misteri. Anda hanya berusaha meraba dan mendekatinya dengan berbagai bentuk Komunikasi Obyektif tetapi anda sendiri tetap tidak tahu isi di dalamnya.
Kampanye Caleg disusun berdasarkan pendekatan logis, sedangkan Hati Masyarakat (yang ingin direbut) justru tidak logis, karena ia lebih banyak dikendalikan faktor emosi dan perasaan.
Inilah kenapa anda mesti menggunakan Komunikasi Subyektif supaya anda tidak lagi meraba-raba tetapi langsung mempengaruhi si organ tubuh Pembuat Keputusan: HATI PEMILIH.
Teknik Subjective Communication ini memang diciptakan guna membantu orang untuk selalu keluar sebagai Pemenang, walau dalam kondisi sulit, persaingan ketat dan situasi yang kurang bersahabat.
Inti dari Komunikasi Subyektif ini adalah berkomunikasi dengan Calon Pemilih lewat Pikiran Bawah Sadar mereka Tanpa perlu bertatap muka. Dalam penerapannya, Komunikasi ini dilakukan sebelum Caleg menemui Calon Pemilih sehingga ketika bertatap muka, berbagai bentuk komunikasi Obyektif (performa, wawasan dan Program) lebih mudah untuk tersampaikan dan diterima.
Begitu juga ketika hari H pencoblosan, Caleg dapat berkomunikasi subyektif untuk mengingatkan Calon Pemilih guna mencoblos dirinya, karena ia adalah orang yang tepat bagi mereka.
Berhasil tidaknya Caleg menggunakan Komunikasi Subyektif ini, salah satunya bergantung pada Niat Baik dari Caleg itu sendiri.
Maksudnya begini, bila Caleg punya Niat Tulus dan iklas untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat (yang diwakili suaranya kelak) maka komunikasi subyektif akan menggerakkan hati masyarakat tsb guna memilih Caleg ybs dibandingkan Caleg lainnya.
Artinya disini: Caleg tsb untung karena mendapatkan suara, Masyarakat juga untung karena memilih Caleg yang tepat. Istilahnya win win solution.
Anda mungkin saja tidak mempercayai kedasyatan Komunikasi Subyektif ini, tentunya karena anda belum pernah mengenalinya lebih dalam.
Sisa waktu yang ada hingga masa kampanye kelak, cukup buat anda untuk mempelajari bagaimana mengenali, mempraktekkan hingga mempergunakannya untuk mewujudkan Impian anda sebagai Legislator.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar