Senin, 27 Januari 2014

Megawati: Perjuanganku Belum Selesai

 
“Megawati Soekarnoputri adalah sang penentu. Sejak memutuskan terjun ke politik, berbagai intrik politik tak surut menghampiri. Tapi ia terbukti tangguh. Tak pernah sekali pun surut langkah. Beliau memegang kendali atas semua keputusan PDI Perjuangan. Baik dalam konstelasi politik maupun strategi internal partai.” Demikian penggalan sinopsis “Apa Kata Mega” di laman Mata Najwa.

Megawati Soekarnoputri menjadi tamu spesial dalam program Mata Najwa di Metro TV yang ditayangkan pada  22 Januari 2014. Selama 90 menit Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut menjawab berbagai pertanyaan. (Untuk melihat tayangan "Apa Kata Mega" silahkan lihat di sini)

Megawati menjelaskan awal mula terjun ke dunia politik. Menurut  putri proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, keluarga besar Bung Karno tidak pernah menyatakan tidak akan masuk ke dunia politik. “Kalau bapak saya masih hidup, pada waktu itu pasti bilangnya masuk kamu,” ujar beliau.

Perjalanan politik Megawati penuh intrik dan intimidasi. Rezim Orde Baru dengan berbagai cara berupaya menghadang, bahkan menggusur Mega, di antaranya menyerang kantor DPP PDI di Jl Diponegoro 58, Jakarta Pusat, pada 27 Juli 1996. Menanggapi peristiwa yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli 1996 itu, Megawati mengatakan heran bagaimana mungkin di negara yang merdeka seperti Indonesia, aparat TNI dan Polri diterjunkan untuk menyerang sebuah kantor partai politik.

Mega mengatakan Peristiwa 27 Juli 1996 sebenarnya dapat terselesaikan, “Kalau memang itu dianggap sebuah “pemberontakan” ya tangkap saja saya. Dan saya kan sudah pernah dibawa ke polisi, ke Komdak (Komando Daerah Angkatan Kepolisian), ke Gedung Bundar Kejaksaan.”

Saat diperiksa di Gedung Bundar, jelas Megawati, dirinya dituduh tengah membuat konspirasi besar dengan Gus Dur. “Mungkin pernah kenal di kalangan politik ini ada Naga Hijau dan Naga Merah,” ujar beliau kepada Najwa Latif, pembawa acara mata Najwa. Naga Hijau dan Naga Merah dikatakan akan menumbangkan rezim Suharto.

Megawati dinilai sebagai Naga Merah, sementara Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dianggap Naga Hijau. “Saya pikir wow keren sekali saya dianggap Naga Merah,” kata beliau menceritakan pengalamannya ketika berhadapan dengan kekuasaan rezim Orde Baru.

"Saya bilang ke Gus Dur ‘Mas, sudah pernah dengar belum Naga Merah dan Naga Hijau? Sampeyan itu yang Naga Hijau lho’. Beliau ya cuma ketawa-ketawa 'sejak kapan di Indonesia ada Naga?’,” ujar Mega mengenang pembicarannya dengan Alm. Gus Dur.

Megawati terbukti tangguh. Beliau berhasil menjadi perempuan pertama yang menjadi presiden di Indonesia. “Menjadi Presiden itu mudah, tapi menjadi pemimpin itu sulit,” tegas Megawati.

Penyuka tanaman dan buku ini terus menata dan sibuk “merawat” kader-kader partainya. Tokoh politik yang berpengalaman lebih dari 20 tahun memimpin PDI Perjuangan membuktikan diri mampu melahirkan pemimpin-pemimpin muda potensial.  Banyak menghasilkan politisi, dan kepala daerah yang diacungi jempol warganya.

”Saya hanya memberi jalan, mengajarkan, memberi ruang, tetapi saya katakan, hasilnya ada pada kalian sendiri. Mau jatuh, mau naik, itu semua ada pada kalian. Itu semua yang harus diberikan anak-anak muda kita,” kata Mega beberapa waktu lalu.

Tiga Permintaan
Kamis, 16 Januari 2012, keluarga besar Sukarno, sejumlah tokoh nasional, pimpinan partai politik, gubernur, wakil gubernur, walikota, wakil walikota, bupati, wakil bupati, anggota MPR/DPR, akademisi, pengurus DPP PDI Perjuangan, hingga wartawan berkumpul Hotel Sahid, Jakarta. Malam itu, Yayasan Kusuma Pertiwi meluncurkan buku berjudul Megawati, Anak Putra Sang Fajar. Buku ini berisi 50 komentar tokoh dari dari berbagai profesi tentang sosok Megawati, dan hasil wawancara dengan Megawati, yang selama ini dikerjakan Yanti Sukamdhani timnya. August Parengkuan, wartawan senior Harian Kompas, dipercayai menyunting buku ini.

Dalam kesempatan itu Megawati didaulat naik panggung guna menyampaikan kata sambutan atas peluncuran bukunya, Ketua Umum PDI Perjuangan ini mengatakan, memiliki tiga permintaan jika dirinya bisa berdialog dengan Tuhan.

Permintaan pertama, Megawati ingin tetap menjadi perempuan. Alasannya, di Indonesia secara tradisional, budaya, maupun sosial, perempuan masih tertindas. “Nasib kaum perempuan harus diperjuangkan, agar mereka tidak diperlakukan diskriminatif dan memiliki kesetaraan dengan kaum lelaki,” ungkap Mega, yang saat menjabat presiden berhasil mengeluarkan undang-undang responsif gender, yakni Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Permintaan kedua, ia ingin tetap menjadi Megawati Soekarnoputri. Mega mengaku bangga kepada Bung Karno sebagai founding father, sebagai proklamator yang telah memperjuangkan nasionalisme, Indonesia bermartabat, Indonesia berdikari agar setara dengan negara lain.

Permintaan ketiga, Megawati ingin melanjutkan perjuangan untuk nusa dan bangsa ini. ”Saya ingin meneruskan perjuanganku karena belum selesai” pungkas Mega.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar