Seorang kader harus bisa menjadi mata, otot, dan otak Partai. Tanpa kader partai ibarat orang buta atau orang yang melangkah dalam kegelapan. Tanpa kader, partai kehilangan otot penggerak, kehilangan kekuatan dinamis, dan kehilangan daya cengkramnya. Tanpa kader, partai akan terlepas dari ideologi dan teori perjuangannya yang menyatu dengan rakyat.
Ketua Umum PDI Perjuangan mengatakan kader berasal dari kata cadre (bahasa Perancis) yang berarti bingkai. “Bingkai bukan berarti sekadar penghias sebuah gambar agar terlihat lebih indah melainkan bermakna sebagai 'penopang' atau penahan dari isinya agar mampu berdiri tegak dan tidak jatuh berserakan,” kata Megawati Soekarnoputri saat membuka Pendidikan Kader Pendidik Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Kamis (23/2/2012), di Jogja Expo Center, Yogyakarta.
Paling tidak, jelas Megawati, ada lima hal pokok yang harus dipenuhi oleh seseorang yang disebut kader. Pertama: memiliki pemahaman dan kesadaran ideologi yang tinggi. Karena sejarah menunjukan tak pernah ada partai yang survive tanpa ideologi kader. “Seorang kader tidak hanya dituntut paham dan sadar akan ideologi. Ia diharuskan memiliki kemampuan, kemauan, melaksanakan, dan membumikan ideologi, terutama membantu menyelesaikan berbagai masalah wong cilik.”
Kedua, seorang kader harus memiliki pengetahuan, pengabdian, dan kesadaran politik yang tinggi. Hal ini diperlukan karena dalam keseharian politik adalah sebuah seni tentang kemungkinan-kemungkinan, seni dalam mengelola kemajemukan cita-cita, harapan, perrbedaan kepentingan kader. “Politik harus dilihat sebagai sesuatu yang sakral, sesuatu yang mulia, sesuatu yang bersih yang layak diperjuangkan. Politik bukan soal citra, bukan soal akal-akal, bukan sogok menyogok sebagaimana kita saksikan akhir-akhir ini.”
Ketiga, kata Ketua Umum PDI Perjuangan, seorang kader harus memiliki kesadaran berpartai yang tinggi. Paham terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai, sejarah Partai, dan program perjuangan Partai. Semua harus disertai dengan kepatuhan, disiplin partai, dan diperlukan militansi dalam memperjuangkan partai.
“Pengalaman kita menunjukkan, masih cukup banyak warga partai menempatkan dirinya di atas partai. Bahkan ada yang berwajah seolah berwajah ideologis, selalu membawa referensi ajakan Bung Karno, namun lain kata dan perbuatan. Ini yang saya sebut pragmatisme berwajah ideologi,”
Hal Keempat, menjadi kader partai harus memiliki kesadaran Lingkungan, Sosial, dan budipekerti yang tinggi. “Kesadaran ini haruslah dicerminkan dalam kehidupan, dalam menentukan kebijakan tingkah laku dan pergaulan sosial sampai pada tutur kata. Hindari kesenjangan antara cita-cita Partai dan tingkah laku sosial kader-kader kita yang memperburuk citra Partai.”
Kelima, tegas Megawati, yang harus dimiliki kader, adalah kesadaran untuk menyelesaikan masalah pokok rakyat. Sebab Partai mengemban cita-cita untuk memakmurkan rakyat.
Laporan: Silvia Yuliasari
Ketua Umum PDI Perjuangan mengatakan kader berasal dari kata cadre (bahasa Perancis) yang berarti bingkai. “Bingkai bukan berarti sekadar penghias sebuah gambar agar terlihat lebih indah melainkan bermakna sebagai 'penopang' atau penahan dari isinya agar mampu berdiri tegak dan tidak jatuh berserakan,” kata Megawati Soekarnoputri saat membuka Pendidikan Kader Pendidik Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Kamis (23/2/2012), di Jogja Expo Center, Yogyakarta.
Paling tidak, jelas Megawati, ada lima hal pokok yang harus dipenuhi oleh seseorang yang disebut kader. Pertama: memiliki pemahaman dan kesadaran ideologi yang tinggi. Karena sejarah menunjukan tak pernah ada partai yang survive tanpa ideologi kader. “Seorang kader tidak hanya dituntut paham dan sadar akan ideologi. Ia diharuskan memiliki kemampuan, kemauan, melaksanakan, dan membumikan ideologi, terutama membantu menyelesaikan berbagai masalah wong cilik.”
Kedua, seorang kader harus memiliki pengetahuan, pengabdian, dan kesadaran politik yang tinggi. Hal ini diperlukan karena dalam keseharian politik adalah sebuah seni tentang kemungkinan-kemungkinan, seni dalam mengelola kemajemukan cita-cita, harapan, perrbedaan kepentingan kader. “Politik harus dilihat sebagai sesuatu yang sakral, sesuatu yang mulia, sesuatu yang bersih yang layak diperjuangkan. Politik bukan soal citra, bukan soal akal-akal, bukan sogok menyogok sebagaimana kita saksikan akhir-akhir ini.”
Ketiga, kata Ketua Umum PDI Perjuangan, seorang kader harus memiliki kesadaran berpartai yang tinggi. Paham terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai, sejarah Partai, dan program perjuangan Partai. Semua harus disertai dengan kepatuhan, disiplin partai, dan diperlukan militansi dalam memperjuangkan partai.
“Pengalaman kita menunjukkan, masih cukup banyak warga partai menempatkan dirinya di atas partai. Bahkan ada yang berwajah seolah berwajah ideologis, selalu membawa referensi ajakan Bung Karno, namun lain kata dan perbuatan. Ini yang saya sebut pragmatisme berwajah ideologi,”
Hal Keempat, menjadi kader partai harus memiliki kesadaran Lingkungan, Sosial, dan budipekerti yang tinggi. “Kesadaran ini haruslah dicerminkan dalam kehidupan, dalam menentukan kebijakan tingkah laku dan pergaulan sosial sampai pada tutur kata. Hindari kesenjangan antara cita-cita Partai dan tingkah laku sosial kader-kader kita yang memperburuk citra Partai.”
Kelima, tegas Megawati, yang harus dimiliki kader, adalah kesadaran untuk menyelesaikan masalah pokok rakyat. Sebab Partai mengemban cita-cita untuk memakmurkan rakyat.
Laporan: Silvia Yuliasari
Tidak ada komentar :
Posting Komentar