Padi varietas unggul Mari Sejahterakan Petani (MSP) di temukan oleh Ir. Surono Danu. Pria yang lahir di Cirebon, Jawa Barat, 11 September 1951 itu, kini tinggal di Desa Nambah Dadi, Kecamatan Terbangi Besar, Lampung Tengah. Surono pindah ke Lampung pada tahun 1983 setelah pada tahun yang sama mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Jakarta. Di rumah sederhananya, Surono memulai penelitian pada beras lokal, sampai lahirnya dua varietas padi baru, yaitu Sertani-1 dan MSP-1.
Penemuan Surono ini direspon oleh DPP PDI Perjuangan setelah ia diajak menghadap Megawati Soekarnoputri oleh Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pertanian, Perikanan dan Kelautan, Mindo Sianipar dan Ketua Departemen Pertanian DPP PDI Perjuangan, DR Ir Lukman Hakim Sibuea. Sebagai wujud respon positif dari DPP PDI Perjuangan terhadap temuan Surono, pada tahun 2008, Megawati Soekarno Putri dan para petinggi partai, mengunjungi tempat yang dijadikan pusat penelitian Surono di Desa Nambah Dadi.
Pria tinggi kurus dan berambut panjang nyentrik ini, mengawali petualangannya meneliti tanaman, sejak menjejakan kaki di Lampung pada tahun 1983. Hanya satu tekadnya yakni meningkatkan kesejahteraan petani. Selama bertahun-tahun Surono menjelajahi daerah-daerah pertanian di Lampung. Surono berhasil mengoleksi 181 jenis benih padi hasil perkawinan silang. Untuk benih jantan, Surono memilih padi asal Terbanggibesar yang diberi nama ‘Dayang Rindu’. Sedangkan benih betina dipilih jenis padi asal Kampung Gunungbatin yang diberi nama ‘Si rendah sekam putih’.
Produktivitas benih padi jenis MSP ini bisa menghasilkan gabah mencapai 13 ton per hektar, mampu mengungguli hasil dari benih padi hibrida. Dari hasil survei dan penelian, varietas milik Surono dari sisi aroma, rasa, tampilan dan tingkat pulennya rata-rata indeksnya delapan.
Sebagai perbandingan, Varietas padi hibrida, banyak ditanam di Cina dan mampu mendongkrak produksi beras di Cina. Dari lahan seluas 15,2 juta hektar padi di Cina sudah menggunakan padi hibrida. Dengan pada hibrida produksi padi di Cina meningkat hingga 30 persen. Dengan demikian dengan padi MSP kemampuan untuk meningkatkan produksi padi nasional diperkirakan melampaui yang dicapai Cina.
Menurut hasil riset, padi MSP ini bisa mengimbangi bahkan melebihi padi jenis hibrida. Kalau hibrida kurang cocok di daerah tropis seperti Indonesia, MSP justru adaptif dan tahan dari serangan hama wereng. Saat ini Surono sedang mempersiapkan pengembangan 66 jenis, yaitu MSP-1 sampai MSP-18 yang memiliki usia tanam 105 sampai 110 hari setelah semai (hss). Dan EMESPE-1 sampai EMESPE-48 dengan usia tanam 90 sampai 95 hss.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar