Kamis, 06 Februari 2014

PDIP Kerahkan Caleg Teruskan Program Kerakyatan Bung Karno

Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengatakan partainya telah menyiapkan calon-calon legislator yang akan dikerahkan untuk menjalankan program kerakyatan Bung Karno.

"Kami sudah memberikan panduan dan program Trisakti agar dijalankan oleh seluruh kader, yaitu berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya," kata Megawati di Jakarta, Senin (9/12).


Megawati mengatakan, seluruh kader PDIP di pusat dan daerah telah disiapkan untuk menghadapi Pemilu 2014. Selain itu, PDIP juga telah menyiapkan calon-calon legislator yang bakal dikerahkan untuk meraih kemenangan dalam pemilu bersama rakyat.


Oleh karena itu, kata Megawati, langkah politik PDIP saat ini tidak akan membicarakan isu calon presiden.


"Sudah berulangkali saya katakan bahwa keputusan Rakernas di Ancol kami akan fokus Pileg untuk nantinya Pilpres," tambah Megawati.


Sementara itu, Ketua Fraksi PDIP Puan Maharani mengatakan, Megawati telah memberikan arahan kepada seluruh anggota DPR dari Fraksi PDIP. Arahan dari ketua umum diharapkan bisa menjadi kekuatan politik bagi seluruh anggota DPR dari Fraksi PDIP.


"Kami memerlukan arahan dari ketua umum dan sinergi bagi penguatan seluruh anggota fraksi," ujarnya.


Menurut Puan, perlu ada kesinambungan antara kebijakan partai dengan program-program kerakyatan yang telah dirumuskan. Sinergitas kebijakan dan program partai itu, lanjut Puan, yang akan diberikan ke rakyat.


Sekretaris Jenderal DPP PDIP Tjahjo Kumolo mengatakan, anggota fraksi adalah petugas partai yang harus menjalankan kebijakan dan tugas partai sesuai dengan bidang komisinya masing-masing.


Sumber: beritasatu.com

Megawati: Petani dan Nelayan Indonesia Harus Dapat Proteksi

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, Sabtu 28 Desember 2013, menyatakan bahwa petani dan nelayan dalam negeri harus tetap diberi subsidi sebagai bentuk perlindungan dalam menghadapi persaingan era perdagangan bebas.

Megawati menilai, Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) yang dibentuk untuk mewujudkan liberalisasi perdagangan bagaimanapun tetap harus diwaspadai jika cenderung tidak menguntungkan kepentingan Indonesia.

Liberalisasi perdagangan ditandai dengan karakteristik pasar yang sangat terbuka untuk produk dan jasa. Artinya, perdagangan bisa dilakukan secara luas dan bebas di antara negara satu dengan lainnya.

Oleh karena itu, menurut Megawati, Indonesia harus menyiapkan diri menghadapi ketatnya persaingan di pasar bebas itu. Jika Indonesia tidak mampu bersaing, bukan tidak mungkin perdagangan bebas malah akan menjadi bentuk penjajahan baru.

"Kalau petani tidak diberi proteksi dan semua produk pertanian itu masuk ke Indonesia secara bebas, maka petani Indonesia akan mati," ujar Megawati dalam sambutannya pada seminar bertajuk Semangat Kebangsaan Abad 21 di Universitas Sanata Dharma, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Demikian pula dengan para nelayan yang tak mungkin bersaing dengan nelayan modern dari luar negeri. "Bagaimana nelayan kita bersaing dengan nelayan dari luar negeri yang bisa menangkap ikan lalu mengolah ikannya di kapal itu dan langsung siap dipasarkan?," kata Megawati.

Ia menjelaskan, Italia yang sudah termasuk negara maju pun tetap memberikan proteksi kepada petani tomatnya. Karena warga Italia tidak bisa hidup tanpa tomat. Jika tidak ada proteksi, petani bisa menaikkan harga tomat, Jika hal itu terjadi, serikat buruh akan protes atas mahalnya harga tomat dan dikawatirkan terjadi pemogokan.

"Bagaimana dengan Indonesia? Lha kok dilepas begitu saja tidak ada proteksi? Bagaimana besok kalau tenaga kerja dari luar masuk dan bekerja jadi tukang sapu? Maka tukang sapu dari Indonesia yang akan klenger. Itu harus dipikir," kata Megawati.

Menurut Megawati, Indonesia belum siap untuk menerima WTO jika tidak ada perlindungan pemerintah kepada masyarakatnya. Alih-alih memberikan perlindungan, subsidi yang diberikan kepada rakyat justru diributkan.

"Subsidi itu boleh saja diberikan, berapa besar yang harus diberikan. Namun, kewajiban pemerintah harus ditegakkan dalam memberikan perlindungan kepada petani, nelayan dan lainnya," kata Megawati.

Sumber: viva.co.id

Kedaulatan Pangan juga Merupakan Soal Political Will




Masalah kedaulatan pangan di Indonesia menjadi sorotan utama Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, saat berkunjung ke Yogyakarta. Megawati bahkan meminta pendapat dan saran para pakar di beberapa universitas di Yogyakarta, bagaimana agar negeri kaya raya ini mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan."Kedaulatan pangan juga merupakan soal political will. Apa yang bisa dibanggakan di negeri ini, sebenarnya pertanian," kata Megawati, saat berdialog dengan beberapa pakar dari beberapa universitas di Phoenix Hotel Yogyakarta, Sabtu (28/9/2013) malam.

Megawati kemudian mengenang, bahwa Bung Karno sebenarnya telah mengatakan pentingnya kedaulatan pangan sejak lama. Namun pemerintah saat ini cukup terlambat untuk merealisasikannya. Akibatnya, pangan di Indonesia justru diperoleh dari import. Beras, kedelai, singkong, dan produk-produk komoditas Indonesia tersingkir oleh barang import. Petani pun terpinggirkan, seolah tidak ada yang berpihak pada petani lokal Indonesia.Meski negara ini kaya hasil bumi bidang pertanian, ternyata pemerintah selama ini cenderung mementingkan industri. Hasil pertanian pun lebih banyak diserap untuk industri.

Guru Besar Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UGM, Dwijono Hadi Darwanto mencontohkan, 76,6 persen kedelai lebih banyak diserap industri.
"Tapi pemerintah telat dan lamban mengantisipasi. Jagung saja sekarang harus import. Petani yang teriak, yang untuk konsumsi kurang," kata Dwijono.

Apalagi jika bangsa ini masih tergantung pada fluktuatif pasar global, Indonesia ibarat tinggal menunggu lonceng kematian. Dwijono mengutip pernyataan Bung Karno, bahwa pangan merupakan persoalan hidup dan mati bangsa. Maka jika tidak dipenuhi berarti matinya bangsa. Sebab itu, pangan merupakan hak bagi warga negara dan menjadi pertahanan terakhir negara.

Kenyataannya, pangan saat ini kerap sekadar menjadi komoditas politik. Rektor UII Prof Edi Suwandi Hamid menilai, pangan pun bisa menjatuhkan rezim. Kapasitas Indonesia untuk mengendalikannya masih rendah. Maka menurutnya menjadi pertanyaan besar adalah, mengapa kebutuhan pangan harus bergantung negara lain atau import?Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof Dr Moch Maksum Machfoedz dalam dialog itu menegaskan, ketergantungan dari negara lain kerap menjadikan bangsa ini krisis pangan. Misal krisis kedelai karena terjadi penghapusan suplay import. Dia curiga hal itu merupakan skenario pelangkaan kedelai.

Jika demikian, sebenarnya penting untuk dikembangkan budaya cinta produk domestik. Rektor UAJY Dr R Maryatmo MA memberikan contoh, tempe yang terbuat dari kedelai dalam negeri sebenarnya lebih gurih dibanding tempe berbahan kedelai import.

Pengajar SMP 1 Banguntapan, Titik Sunarsih menambahkan, selain semangat cinta produk domestik, perlu juga penambahan sarana pertanian secara besar-besaran. Tidak menutup kemungkinan pula pertanian disesuaikan dengan industri. Jika perlu, industri harus mendukung pertanian. Kalau semua lahan untuk industri, petani kini adalah petani gurem yang tak punya lahan.

"Mereka akhirnya akan pilih jadi buruh pabrik. Saya tahu murid saya saja tidak ada yang bercita-cita jadi petani karena petani dianggap tidak menjanjikan," kata Titik

Surono dan Padi Mari Sejahterakan Petani (MSP)


Padi varietas unggul Mari Sejahterakan Petani (MSP) di temukan oleh Ir. Surono Danu. Pria yang lahir di Cirebon, Jawa Barat, 11 September 1951 itu, kini tinggal di Desa Nambah Dadi, Kecamatan Terbangi Besar, Lampung Tengah. Surono pindah ke Lampung pada tahun 1983 setelah pada tahun yang sama mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Jakarta. Di rumah sederhananya, Surono memulai penelitian pada beras lokal, sampai lahirnya dua varietas padi baru, yaitu Sertani-1 dan MSP-1.

Penemuan Surono ini direspon oleh DPP PDI Perjuangan setelah ia diajak menghadap Megawati Soekarnoputri oleh Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pertanian, Perikanan dan Kelautan, Mindo Sianipar dan Ketua Departemen Pertanian DPP PDI Perjuangan, DR Ir Lukman Hakim Sibuea. Sebagai wujud respon positif dari DPP PDI Perjuangan terhadap temuan Surono, pada tahun 2008, Megawati Soekarno Putri dan para petinggi partai, mengunjungi tempat yang dijadikan pusat penelitian Surono di Desa Nambah Dadi.

Pria tinggi kurus dan berambut panjang nyentrik ini, mengawali petualangannya meneliti tanaman, sejak menjejakan kaki di Lampung pada tahun 1983. Hanya satu tekadnya yakni meningkatkan kesejahteraan petani. Selama bertahun-tahun Surono menjelajahi daerah-daerah pertanian di Lampung. Surono berhasil mengoleksi 181 jenis benih padi hasil perkawinan silang. Untuk benih jantan, Surono memilih padi asal Terbanggibesar yang diberi nama ‘Dayang Rindu’. Sedangkan benih betina dipilih jenis padi asal Kampung Gunungbatin yang diberi nama ‘Si rendah sekam putih’.

Dari hasil persilangan benih itu, 10 tahun kemudian Surono menemukan benih padi yang berusia tanam 150 hari. Kemudian berkembang, dengan rumus ciptaan dan penelitianya, akhirnya ditemukan jenis padi berusia tanam 105 hari. Benih padi itu diberi nama Sertani-1. Sambil terus melakukan penelitian, pada tahun 1999, Surono berhasil menemukan padi dengan usia tanam hingga panen hanya 95 hari. Benih padi itu diberi nama MSP-1 singkatan dari Mari Sejahterakan Petani, yang saat itu ditanam di Bogor, dan diuji tanam dalam paket analisis.

Produktivitas benih padi jenis MSP ini bisa menghasilkan gabah mencapai 13 ton per hektar, mampu mengungguli hasil dari benih padi hibrida. Dari hasil survei dan penelian, varietas milik Surono dari sisi aroma, rasa, tampilan dan tingkat pulennya rata-rata indeksnya delapan.

Sebagai perbandingan, Varietas padi hibrida, banyak ditanam di Cina dan mampu mendongkrak produksi beras di Cina. Dari lahan seluas 15,2 juta hektar padi di Cina sudah menggunakan padi hibrida. Dengan pada hibrida produksi padi di Cina meningkat hingga 30 persen. Dengan demikian dengan padi MSP kemampuan untuk meningkatkan produksi padi nasional diperkirakan melampaui yang dicapai Cina.

Menurut hasil riset, padi MSP ini bisa mengimbangi bahkan melebihi padi jenis hibrida. Kalau hibrida kurang cocok di daerah tropis seperti Indonesia, MSP justru adaptif dan tahan dari serangan hama wereng. Saat ini Surono sedang mempersiapkan pengembangan 66 jenis, yaitu MSP-1 sampai MSP-18 yang memiliki usia tanam 105 sampai 110 hari setelah semai (hss). Dan EMESPE-1 sampai EMESPE-48 dengan usia tanam 90 sampai 95 hss.

PDI Perjuangan Harapan Pemuda

Megawati Soekarnoputri menghimbau kaum muda untuk tidak alergi dan membenci dunia politik, sebab segala aktivitas yang dijalani manusia, tidak bisa lepas dari politik. “Jangan takut berbicara politik karena politik berkaitan dengan semua aspek kehidupan sehari-hari.”

Dalam acara “Kuliah Presiden" memperingati Hari Lahir Pancasila di Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta, pada Juni 2011, Presiden ke 5 tersebut mengatakan sejarah bangsa Indonesia mengajarkan bahwa partai politik merupakan alat perjuangan. “Kita mengalami suatu proses kemerdekaan itu karena suatu alat perjuangan yang disebut partai politik. Dulu semua orang pintar di Indonesia pasti bergerak untuk memajukan bangsa dan negaranya melalui partai politik.”

Maruarar Sirait mengatakan berdasarkan pemetaan Bidang Pemuda dan Olahraga DPP PDI Perjuangan banyak anak muda yang apatis karena beranggapan politik itu kotor dan sebagainya. Selain itu, juga kurang berminat karena lebih berminat pada bidang ekonomi, seni, pendidikan, budaya, atau olahraga.

Karena itu, kata Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga DPP PDI Perjuangan, Ketua Umum berpesan harus ada suatu langkah dan program untuk mengurus kebutuhan serta menyelesaikan masalah anak muda. Namun, hal ini tidak boleh dikerjakan demi kepentingan politik sesaat atau menjelang pemilu saja. “PDI Perjuangan harus menjadi harapan pemuda,” kata Maruarar Sirait mengutip pesan Megawati Soekarnoputri.

Maruarar Sirait mengatakan kalau semua partai politik berlomba-lomba bersaing secara positif untuk merangkul anak muda dengan cara mengurus kebutuhan serta menyelesaikan masalah anak muda, maka yang diuntungkan anak muda itu sendiri.

PDI Perjuangan kini tengah terus berupaya membina dan mendidik kaum muda guna menciptakan kader-kader yang siap mengabdi kepada bangsa.  “Sekarang di PDI Perjuangan banyak anak-anak muda, mereka harus memperkaya pengalaman mereka di dalam berbagai bidang,” ungkap Megawati Soekarnoputri dalam berbagai kesempatan.

Menurut Ketua Umum, PDI Perjuangan tak akan pernah berhenti menyiapkan calon-calon pemimpin bangsa. Kader-kader muda tersebut, jelas Megawati, akan terus digembleng agar mampu memenuhi panggilan sejarah dan memiliki kapasitas dalam menjawab tantangan bangsa.

Megawati Soekarnoputri Award
Kamis, 6 Desember 2012, Megawati Soekarnoputri memberikan penghargaan “Megawati Soekarnoputri Award 2012” kepada  Lima pemuda dari berbagai latar belakang dan kategori.  "Megawati Soekarnoputri Award 2012" didedikasikan bagi pemuda usia 17 hingga 45 tahun yang mempunyai kontribusi nyata dalam perjuangan memajukan bangsa.

Kelima pemuda yang meraih penghargaan tersebut di antaranya; Pengamat Politik Yudi Latief meraih penghargaan untuk kategori Pahlawan Muda Majukan Bangsa bidang Perjuangan Kebhinekaan, Atlet Peselancar Angin I Gusti Made Oka Sulaksana meraih penghargaan untuk kategori Pahlawan Muda Majukan Bangsa kategori Olah Raga, Pengamat Hukum Tata Negara Saldi Isra untuk Pahlawan Muda Majukan Bangsa Penggiat Antokorupsi, Guru SMP Aris Prasetyo untuk kategori Pahlawan Muda Majukan Bangsa kategori Seni dan Budaya, dan Taufik Hidayat meraih penghargaan untuk Pahlawan Muda Majukan Bangsa kategori Ekonomi Berdikari karena telah berhasil mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitar, dengan kerajinan sutera bermotif Bugis dan Toraja.

Saat menyerahkan hadiah kepada para pemenang Megawati Soekarnoputri Award, Presiden ke 5 Republik Indonesia tersebut mengatakan, Indonesia perlu lebih banyak orang-orang muda yang berprestasi untuk memajukan bangsa.

Mega, Jokowi, dan Kaki Lima Night Market

Megawati Soekarnoputri meminta Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, melestarikan kuliner Betawi. Permintaan itu disampaikan beliau usai menanam bibit duku dalam acara pengukuhan program Phala Pusaka, konservasi tumbuhan langka bantaran Sungai Ciliwung yang digagas oleh Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) bekerjasama Komunitas Ciliwung Condet (KCC), di Condet, Balekambag, Jakarta Timur, Minggu (10/11/2013).

“Pak Jokowi kan sudah banyak melestarikan budaya Betawi. Seperti Kerak Telor, itu kan sudah terkenal sekarang. Banyak yang bisa buat, beda dengan Sagon,” ujar Mega usai membeli makanan khas Betawi, Kue Akar Kelapa, di wilayah percontohan program Phala Pusaka.

Menurut Megawati, saat ini penjual dan pembuat kue khas Betawi seperti sagon sudah sulit ditemui, begitu pula dengan beragam kue lainnya seperti Kue Geplak, Kembang Goyang, Kue Satu serta Biji Ketapang.

“Dulu waktu saya kecil Sagon banyak dijual, sekarang sudah jarang. Coba Sagon diperkenalkan dan dilestarikan,” jelas Megawati seperti yang dikutip tribunnews.com.

Selain meminta melestarikan kuliner Betawi, seperti yang diberitakan okefood.com, Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut juga secara khusus pernah meminta Jokowi, sapaan Joko Widodo, memperhatikan kuliner pinggir jalan agar menarik dan bisa disajikan dengan baik

“Saya berpesan pada Gubernur DKI Jakarta dan wakilnya yang baru, tolong tampilkan makanan pinggir jalan di tempat yang baik supaya bisa menghidangkan makanan yang enak, sehat, dan bersih sehingga orang asing mau mencoba,” kata Megawati saat membuka pameran Indonesia Tourism & Creative Economy Fair (ITCEF) 2012 dan InaCulinary 2012 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (19/10/2012).

Presiden ke 5 RI itu mengatakan, kuliner Indonesia, selezat apapun, tidak akan naik derajatnya bila ditampilkan asal-asalan. Apalagi, wisatawan akan selalu mencari kuliner khas, yang biasanya ada di pinggir jalan, negara destinasi wisatanya.

Kaki Lima Night Market
Dalam upaya melestarikan kuliner Betawi dan sekaligus memberikan tempat bagi pedagang kaki lima (PKL), Gubernur DKI, Jokowi mengelar Kaki Lima Night Market setiap minggu di kawasan Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Menurut Jokowi, Kaki Lima Night Market merupakan media pelestarian makanan tradisional Betawi, dan bisa menjadi alternatif hiburan gratis bagi warga DKI Jakarta di malam minggu. “Makanan-makanan Betawi masa lalu banyak yang dilupakan orang, dan dijual di sini lagi semuanya. Bagus, ada 100 stan makanan,” kata Jokowi kepada Kompas.com

Di Kaki Lima Night Market, ada sekitar 414 pedagang yang berpartisipasi. Seratus pedagang diantaranya merupakan pedagang kuliner. Kuliner-kuliner Betawi yang dijajakan antara lain Laksa Penganten, Bubur Ase, Toge Goreng, Laksa, Gabus Pucung, Pecak Gurame, Asinan Betawi, Ketupat Babanci, Lelawar Gantung, Kue Rangi, Kue Putu Mayang, Kerak Telor, dan Selendang Mayang.

Kehadiran Kaki Lima Night Market yang dibuka pukul 18.00 hingga pukul 23.00 tersebut direspon positif oleh warga DKI Jakarta. Bahkan, beberapa turis mancanegara juga tampak turut menikmati Kaki Lima Night Market.

Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini ini tengah berencana membangun pusat makanan Betawi di Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.